Gunung Anak Krakatau Erupsi, Semburkan Abu Vulkanik Setinggi 2.000 Meter

Gunung Anak Krakatau Erupsi, Semburkan Abu Vulkanik Setinggi 2.000 Meter

IKABARI.COM, BANTEN – Gunung Anak Krakatau kembali erupsi dengan menyemburkan abu vulkanik setinggi 2.000 meter, Sabtu (13/5/2023) hingga pukul 12.00 WIB.

Catatan erupsi Gunung Anak Krakatau tersebut berdasarkan data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM.

Read More

Erupsi ini terekam dalam seismograf dengan amplitudo maksimum 65 milimeter dan durasi 1 menit 8 detik.

Tak hanya hari ini, Gunung Anak Krakatau juga mengalami erupsi pada pada Jumat (12/5/2023).

Pada hari itu, Anak Krakatau mengalami dua kali erupsi dengan ketinggian kolom abu berkirsar 1.500-2.500 meter dari atas puncak.

Erupsi pertama dan terbesar tercatat terjadi pukul 09.20, kemudian di susul erupsi kedua pukul 23.20.

Adapun pada Kamis (11/5/2023), Anak Krakatau juga mengalami dua kali erupsi dengan tinggi kolom abu. Masing-masing mencapai 1.000 meter dan 3.000 meter dari atas puncak.

Di kutip dari Kompas.id, Kepala Pos Pemantauan Gunung Anak Krakatau di Desa Hargopancuran, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, Andi Suardi mengatakan, peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau tiga hari terakhir cukup signifikan.

Meski terus bergejolak, belum ada peningkatan status gunung anak ini karena erupsi belum membahayakan warga. Walaupun luncuran abu cukup tinggi, kondisi angin tidak membuat abu sampai ke daratan Lampung.

”Status Gunung Anak Krakatau masih level III (Siaga). Masyarakat tidak boleh mendekat dalam radius 5 kilometer dari kawah,” kata Andi saat di hubungi dari Bandar Lampung, Sabtu.

Mengalami Lima Kali Letusan

Dalam tiga hari terakhir, gunung api itu tercatat mengalami lima kali letusan. Sepanjang Sabtu, Anak Krakatau juga masih terus mengalami tremor dengan amplituda 1-13 mm dan gempa tektonik sebanyak 1 kali kejadian dengan durasi 34 detik.

Saat ini, petugas terus memantau kondisi gunung api itu. Meski aktivitas Anak Krakatau masih fluktuatif, meningkatnya aktivitas gunung api itu belum menimbulkan gangguan bagi aktivitas masyarakat di sekitar pesisir Kecamatan Rajabasa maupun Pulau Sebesi, Lampung Selatan.

Camat Rajabasa Sabtudin menuturkan, meningkatkan aktivitas gunung sejak tiga hari terakhir tidak berdampak pada aktivitas nelayan dan masyarakat sekitar.

Mereka masih beraktivitas seperti biasa. Nelayan juga tetap mencari ikan di perairan sekitar Kepulauan Krakatau dengan tetap mematuhi aturan tidak mendekat ke gunung api itu pada radius 5 kilometer.

Menurut dia, setelah tsunami Selat Sunda pada Desember 2018, kewaspadaan masyarakat di sekitar pesisir Rajabasa meningkat.

Saat ini, masyarakat yang pernah menjadi korban tsunami sudah menempati hunian yang di bangun pemerintah di dataran tinggi dan lebih aman dari bencana tsunami maupun gelombang tinggi.

Selain itu, masyarakat juga sudah mendapatkan pelatihan terkait mitigasi bencana gempa dan tsunami. Di dese-desa kawasan pesisir Rajabasa, jalur evakuasi dan petunjuk menuju tempat evakuasi saat terjadi bencana juga sudah disiapkan.

Syamsul (45), nelayan asal Kecamatan Rajabasa, menuturkan, peningkatan aktivitas Anak Krakatau tidak membuat nelayan takut melaut. Meski aktivitas gunung api masih bergejolak, tidak ada peningkatan gelombang maupun angin kencang di tengah laut.

(tribunnews/Tubagus)

Related posts