Tanda Penyakit Diabetes yang Bisa Dilihat dari Kebiasaan Kencing

– Mengenali tanda-tanda penyakit diabetes dapat dilakukan dengan mengamati kencing atau buang air kecil.

Diabetes adalah penyakit yang cukup umum di kalangan masyarakat modern.

Kebiasaan hidup yang tidak sehat dan pola makan yang banyak mengandung gula sering menjadi penyebab utama meningkatnya resiko Diabetes.

Salah satu gejala yang umum dialami oleh penderita diabetes adalah perubahan pola buang air kecil.

Walaupun sering dianggap berkecil hati, perubahan ini bisa menjadi tanda awal bahwa tubuh mengalami penyakit metabolisme, terutama regulasi gula darah.

Berikut adalah tanda-tanda penyakit diabetes yang bisa dilihat dari kebiasaan menghajat.

Ciri-Ciri Perubahan Pola Kencing yang Menandakan Penyakit Diabetes

1. Kencing yang Meningkat Frekuensinya

Salah satu gejala umum pertama dari diabetes adalah sering buang air kecil. Pada pengobatan medis, kondisi ini dijelaskan sebagai poliuria.

Peningkatan frekuensi buang air kecil ini disebabkan oleh kadar gula darah yang tinggi sehingga membuat ginjal bekerja lebih keras untuk mengeluarkan gula berlebih tersebut.

Akibatnya, tubuh memproduksi dahulu klarifikasi lebih banyak urin untuk menguras kelebihan glukosa.

Orang biasanya akan buang air kecil 4-7 kali sehari, namun penderita diabetes mungkin mengalami peningkatan frekuensi frekwasinya dengan jumlah yang signifikan.

Jika Anda atau orang di sekitar Anda rutin bangun pada malam hari untuk buang air kecil, hal itu bisa salah satu petunjuk awal mengenai adanya masalah kadar gula darah.

2. Debu darah yang lebih besar daripada biasanya

Di samping peningkatan kebiasaan buang air kecil, juga dapat menandakan adanya diabetes jika jumlah urine yang dikeluarkan menjadi lebih banyak.

Pada orang dengan diabetes, ginjal tidak bisa menyerap gula berlebihan dalam darah sepenuhnya, sehingga gula tersebut bocor lewat urine.

Proses ini menyebabkan tubuh kehilangan banyak cairan. Namun, hal ini menyebabkan penderita diabetes sering merasa sangat haus dan memerlukan banyak air untuk minum. Di akhirnya, ini menghasilkan produksi urine yang lebih banyak.

3. Perasaan Lapar Berlebihan (Polidipsia)

Sering merasa haus yang tidak biasa juga bisa menjadi tanda diabetes. Kondisi ini biasanya terjadi karena tubuh kehilangan terlalu banyak cairan melalui buang air kecil.

Ketika kadar gula darah menonjol tinggi, ginjal berupaya kuat dalam melepaskan berlebihan gula dengan cara menghasilkan lebih banyak urin. Karena itu, tubuh akan mengalami kekurasan cairan dan menyebabkan rasa haus yang parah.

Jika sering merasa sangat haus dan telah minum banyak air, serta mengalami peningkatan frekuensi buang air kecil, ini merupakan tanda yang patut diwaspadai.

Kehawatiran tentang dehidrasi ini merupakan reaksi alami tubuh untuk mengimbangi kehilangan cairan tubuh melalui buang air kecil.

4. Warna dan Bau Urine yang Berbeda

Meskipun frekuensi buang air kecil dan volume urin yang dihasilkan meningkat, perubahan warna dan bau urin juga dapat menjadi tanda diabetes.

Pada penderita diabetes, air seni mungkin akan terlihat pucat seperti biasanya karena tubuh mengeluarkan lebih banyak cairan.

Selain itu, ada beberapa orang yang mungkin merasakan tidak enaknya bau manis pada urine mereka karena kadar gula yang diaspirasikan melalui urine yang tinggi.

Bau manis pada urin ini bisa menjadi tanda jelas adanya masalah pencernaan, terutama jika gejala ini disertai dengan gejala lain seperti kehilangan nafsu makan dan kelelahan yang parah.

Jika Anda mengamati perubahan gejala yang signifikan dalam kualitas warna ataubau urine, dianjurkan untuk segera konsultasikan dengan dokter.

5. Inkontinensia Urin (Sulit Mengendalikan Buang Air Kencing)

Inkontinensia urine adalah keadaan di mana seseorang mengalami kesulitan dalam mengendalikan keinginannya untuk mengeluarkan urine.

Pada penderita diabetes, kandungan gula darah yang tinggi dapat merusak saraf yang mengatur kemampuan merangsang sistem kandung kemih, sehingga membuat individu lebih sering merasa perlu melewati air kemih dengan cepat.

Kondisi ini sangat mengganggu, terutama ketika buang air kecil sering terjadi di malam hari.

Jika Anda sering mengalami s SCRIPTasalcessivevy gangguan untuk mengosongkan kemaluan dan merasa harus segera pergi ke kamar kecil, ini bisa menjadi tanda bahwa diabetes mempengaruhi sistem saraf Anda.

6. Infeksi Saluran Kemih yang Berkala

Diabetes juga meningkatkan risiko infeksi saluran kemih (ISK). Kadar glukosa darah yang tinggi dapat menciptakan lingkungan yang tepat bagi bakteri untuk berkembang biak di saluran kemih.

Infeksi saluran kandung kemih dapat menyebabkan gejala-gejala seperti rasa terbakar saat buang air kecil, urine yang berbau tidak sedap, dan rasa sakit di sekitar perut bagian bawah.

Jika Anda sering mengalami infeksi sipilis berulang, terutama disertai gejala lain seperti mencret (kencing bebas) yang sering dan kelelahan, x-Ray.

7. Urine Berbusa

Selain perubahan warna dan bau, tekstur urin pun bisa berubah pada pemenderita diabetes. Satu tanda yang mungkin muncul adalah lendiruria, yaitu urine yang teksturnya berbusa.

Hal ini terjadi karena kadar protein dalam urin yang terlalu tinggi, disebut proteinuria.

Proteinuria bisa terjadi jika ginjal terlanjur rusak karena kadar gula darah meningkat, sehingga protein yang biasanya diserap kembali oleh ginjal kemudian bocor ke dalam urine.

Asam urin yang berbusa bisa menjadi gejala dari masalah ginjal yang serius. Jika Anda sering mengalami kondisi ini, sebaiknya Anda segera berkonsultasi dengan dokter.

Perubahan dalam pola buang air kecil bisa berubah menjadi salah satu gejala awal dari penyakit diabetes.

Frekuensi buang air kecil yang meningkat, volume urine yang lebih besar, serta perubahan warna, bau, dan tekstur urin antara lain dapat menjadi gejala yang perlu diwaspadai.

Jika pengunjung mengalami salah satu atau beberapa di antara gejala ini, sangat penting untuk segera melakukan tes gula darah dan berkonsultasi dengan ahli medis untuk menerima diagnosis yang tepat.

Dengan mendeteksi diabetes secara dini dan mengelolanya dengan baik, kemungkinan komplikasi serius akibat penyakit ini dapat diminimalisir.


Sebagian artikel dalam bahasa ini ditulis dengan menggunakan assistensi dari sebuah sistem kecerdasan buatan.

Related posts