Makna Mendalam dari ‘Don’t Judge A Book By Its Cover’ Stop Ngurusin Hidup Orang!

Setiap individu memiliki gaya hidup yang bahagia sendiri. Bagi beberapa orang, bahagia itu mudah didapatkan. Ada orang yang merasa cukup bahagia ketika ia dapat menikmati secangkir kopi hangat dan merokok. Baginya, kehidupan ini sederhana dan tidak banyak drama.

Secara deskriptif, “Jangan menilai buku dari sampulnya” adalah ungkapan yang berarti bahwa seseorang tidak boleh membuat asumsi tentang seseorang atau sesuatu berdasarkan penampilannya. Ini adalah pengingat bahwa penampilan bisa menipu dan bahwa nilai sebenarnya terletak di dalam.

Penampilan di sini bukan sekedar soal penampilan fisik seseorang, tetapi juga berkaitan dengan perilaku dan kebiasaan yang dimiliki.

Ya, memang benar, yang memberikan pendapat harus dianggap mengbolehkan. Siapapun memiliki hak yang sama untuk memberikan pendapat tentang sesuatu yang dipandanginya, tanpa terkecuali mengenai perilaku orang lain.

Tapi, walaupun kamu berhak mengungkapkan pendapatmu, kamu tidak berhak membuat kesimpulan hanya dengan melihat hanya satu sisi saja. Kamu pun bukanlah yang pantas untuk menilai hidup seseorang.

Karena kamu tidak pernah tahu berapa banyak hal yang telah dilewatinya selama perjalanan hidupnya. Kamu juga tidak pernah tahu isi hatinya. Mungkin saja, orang yang perbuatannya lebih buruk dari kamu justru memiliki hati yang seribu kali lebih tulus dari kamu.

Siapa tahu, perbuatan dan ibadah orang yang kamu anggap tidak baik itu jauh lebih baik dan mulia di hadapan Tuhan.

Mereka yang sering melihat orang lain dengan sudut pandang miring dan mengandalkan penilaian sendiri biasanya berpikir bahwa mereka lebih baik daripada orang yang dinilainya.

Dan pada akhirnya, mereka akan berpura-pura merendah diri dengan mengatakan, “Ini pendapat saya, bukan berarti saya lebih baik dari beliau.”

Halo..! Jika memang betul merasa tidak lebih baik dari orang yang kamu nilai tadi, sebaiknya lebih banyak belajar dan memperbaiki diri. Dan jangan lupa, mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa.

Fokuslah pada ibadah dan amalanmu sendiri. Jangan sampai pahala ibadahmu hilang hanya karena kamu mengambil kesimpulan yang salah dari satu kebiasaan buruk dari seseorang.

“Mungkin kamu pernah mendengar pepatah ini dari agamamu, “Allah lebih mencintai orang yang tahu hajatnya, dibandingkan orang yang sombong dan tanggak mengakui dosanya.

Jadi, coba berhenti terus ngurusin hidup orang lain! Saat sedang ini yang mereka lakukan tidak buruk dan tidak memengaruhi kamu, janganlah usah memenaagitu berargumen di hadapan banyak orang untuk mengalihkan opini ke arah yang sama.

Perlu diingat bahwa setiap orang memiliki kapasitas hidup masing-masing. Setiap orang diberi cobaan dan ujian hidup sesuai dengan kapasitasnya. Kamu mungkin tidak akan bisa menjadi saya, begitu pun saya mungkin tidak akan bisa mengikuti jejakmu.

Seperti yang kami sebutkan awalnya, setiap orang memiliki happiness standardnya masing-masing. Oleh karena itu, menghargai dan menghormati pilihan hidup orang lain tanpa menambahkan banyak komentar adalah sikap yang lebih pantas.

Cobalah bersikap tidak terlalu peduli dalam pergaulan. Mungkin kamu bisa mencoba seperti saya yang ketika mendengar teman mengambil keputusan untuk childfree, saya hanya menjawab “Oh oke!”

Bahasa Inggris: “So simple that’s the very attitude I meant. He wants to be childfree, wants something, doesn’t need to be responded to with strange talk, let alone until he’s offended. No need to wonder about the reasons either. All’s just to each his own(*)”

Related posts