Bank Indonesia (BI) menyatakan uang palsu UIN Alauddin Makassar yang konon dicetak sejak 2010 bisa terdeteksi ATM.
Lalu sejak kapan dan berapa sebenarnya yang sudah beredar terkait kasus pabrik uang palsu UIN Alauddin Makassar ini?
Sebagai informasi, isu bahwa uang palsu UIN tidak terdeteksi ATM mencuat setalah pabriknya di UIN Alauddin Makassar diungkap polisi.
Apalagi nilai temuan pabrik uang palsu di UIN Alauddin Makassar disebut mencapai triiliunan.
Sementara itu, sejumlah temuan uang palsu pun viral beredar di media sosial.
Warga mulai mengeluh mendapatkan uang palsu yang diduga dicetak di kampus UIN Alauddin.
Keluhan di media X misalnya disampaikan akun @ariyanti_plp.
Ia mengungkapkan mendapatkan satu lembar Rp100 ribu uang palsu.
Nampak ia membagikan video berdurasi 20 detik yang menunjukkan selembar uang tersebut dapat dibelah dan berisi kertas biasa.
Lalu akun TikTok @zharmanaidha juga membagikan uang Rp100 ribu yang bisa dibelah.
Sementara itu, dikutip dari Tribun Bengkulu, masyarakat di Kecamatan Talo Kecil mengaku sudah menjadi korban peredaran uang palsu.
Ia mendapat uang palsu pecahan Rp 100 ribu dari pelaku yang berbelanja di warung manisan miliknya.
“Kejadiannya itu Rabu (18/12/2024) lalu. Dan baru saya ketahui kemarin Sabtu (21/12/2024) saat saya mengecek uang di warung,” kata Wekadin Saputra saat dikonfirmasi TribunBengkulu.com, Minggu pagi ini (22/12/2024).
Diceritakan Wekadin Saputra, di hari Rabu tersebut anaknya yang melayani pembeli di warung.
Pelaku datang menggunakan sepeda motor belanja di warung miliknya.
“Yang melayani saat itu anak saya. Karena masih anak-anak tidak curiga saat pelaku belanja menggunakan uang palsu pecahan Rp 100 ribu ini,” jelas Wekadin.
Namun membedakan uang asli dan palsu nyatanya tak hanya bisa dirobek biasa.
Bahkan uang produksi UIN terbilang canggih karena sulit terdeteksi alat X-Ray.
Namun pihak Bank Indonesia (BI) menjelaskan jika uang palsu tersebut tetap tak bisa masuk mesin ATM.
Mengutip Tribun-Timur.com, dalam mesin ATM terdapat sensor khusus yang akan otomatis menolak uang palsu.
“Untuk ATM setor tunai paling susah dimasukin (uang palsu) karena selain kontrol manusia, juga ada kontrol sensor jadi ketolak,” jelasnya.
Lantas bagaimana cara membedakan uang asli dan uang palsu?
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI), Rezki Ernandi Wimanda, ada 11 unsur pengamanan pada uang yang beredar di masyarakat.
“Sesuai dengan UU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, BI adalah satu-satunya lembaga yang berwenang mengelola uang,” ujar Rezki saat konferensi pers terkait sindikat uang palsu yang digelar di Mapolres Gowa, Kamis (19/12/2024), dikutip dari Kompas.com.
Ia menilai peredaran uang palsu memang layaknya gunung es yang tak terlihat hanya di permukaan.
“Yang terlihat hanya permukaannya, tetapi yang beredar mungkin sudah banyak. Kita tidak tahu,” ucapnya.
Rezki menjelaskan bahwa unsur pengaman pada uang rupiah meliputi bahan kertas khusus dengan tanda air (watermark), electrotype, benang pengaman (security thread), kode tunanetra (blind code), tinta yang berubah warna (optical variable ink), dan tulisan mikro (microtext).
“Kemudian ada pencetakan kasar sehingga, jika diterawang, elemen-elemen pengaman tersebut saling melengkapi,” jelasnya.
Selain itu, nomor seri pada uang rupiah asli selalu berbeda satu sama lain.
“Jadi, kalau diterawang, dilihat, atau diraba, uang asli dan palsu bisa dibedakan,” tambahnya.
Dikutip dari Bank Indonesia, mengenali ciri-ciri uang palsu dapat menggunakan tiga langkah dilihat, diraba, diterawang.
8 Cara Cek Keaslian Uang Pecahan Rp100.000, Rp50.000, Rp20.000
Dilihat:
Gambar utama terlihat
Nominal pecahan terlihat.
Benang pengaman asli terlihat.
Logo BI dengan tinta yang berubah warna ada.
Diraba:
Bagian-bagian tertentu terasa kasar
Terdapat kode tunanetra (blind code)
Diterawang:
Tanda air (watermark) dan electrotype ada.
Gambar saling isi (rectoverso) terlihat.
Seperti diketahui, sindikat uang palsu di Kampus UIN Alauddin Makassar, Sulawesi Selatan yang nilai pemalsuannya mencapai triliunan rupiah ini bikin geger.
Pengungkapan ini disampaikan dalam konferensi pers di Mapolres Gowa pada Kamis (19/12/2024).
Menurut Kapolda, barang bukti yang berhasil diamankan termasuk 556 lembar mata uang rupiah yang belum dipotong, satu lembar sertifikat deposit senilai Rp45 triliun, dan satu lembar surat berharga SBN senilai Rp700 triliun.
Polisi mengungkap, total uang palsu yang sudah dicetak sindikat pelaku mencapai Rp2 miliar.
Penyidik Polres Gowa telah menyita sekitar Rp446 juta uang palsu yang dibuat oleh 15 tersangka yang sudah ditetapkan polisi.
Dengan begitu, masih ada Rp1,5 miliar pecahan uang palsu yang belum terungkap keberadaanya.
Pabrik Uang Palsu Konon Mulai Cetak Sejak 2010
Nilai temuan praktik pemalsuan pabrik pencetakan uang palsu di Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Sulawesi Selatan mencapai triliunan.
Perlu diketahui, nilai triliunan itu bukan dari temuan uang palsu semata.
Sebelumnya, Kapolres Gowa, AKBP Reonald Simanjuntak mengatakan uang palsu yang dicetak dalam pecahan seratus ribu rupiah ini sulit terdeteksi alat X-Ray.
Tidak hanya uangnya, mesin cetak yang sudah disita kepolisian dari ruang Perpustakaan UIN Alauddin juga canggih.
“Pengembangan ini kami harus melibatkan beberapa bank karena uang palsu yang dicetak terbilang canggih,”
“Kami juga harus bekerja sama dengan salah satu kampus negeri di Kabupaten Gowa, sebab uang palsu ini diproduksi di dalam kampus,” jelas Reonald Simanjuntak, dikutip dari Kompas.com.
Pihak kepolisian telah menangkap 17 tersangka kasus peredaran uang palsu ini.
17 tersangka ini diringkus di lokasi berbeda, di antaranya Gowa, Makassar, Wajo, Mamuju Sulawesi Barat.
Selain itu, masih ada tiga orang lagi yang kini buron.
Tiga orang tersebut pun masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) karena diduga kuat ikut terlibat dalam kasus ini.
Kapolda Sulsel Irjen Yudhiawan Wibisono menuturkan, sindikat ini tak hanya mencetak uang rupiah.
Mereka juga mencetak mata uang Korea Selatan, Won.
Saat konferensi pers di Mapolres Gowa, Yudhiawan menyebut bahwa barang bukti yang disita polisi mencapai triliunan.
“Cukup menarik barang buktinya nilainya ini triliunan,” kata Yudhiawan, dikutip dari Tribun-Timur.com.
Selain produksi uang, Andi Ibrahim eks Kepala Perpustakaan yang juga bos pabrik uang palsu ini juga memproduksi Surat Berharga Negara (SBN).
Bahkan, satu lembar SBN yang disita bernilai Rp700 triliun.
“Ada mata uang rupiah, Ada 556 lembar mata uang rupiah belum dipotong, ada juga mata uang Korea.”
“Ada juga 1 lembar sertifikat deposito nilainya Rp45 triliun, 1 lembar surat berharga SBN senilai 700 triliun,” ujarnya. Kamis (19/12/2024).
Yudhiawan juga menuturkan bahwa pihak kepolisian ikut menyita mesin cetak seharga Rp600 juta yang dibeli di Surabaya, Jawa Timur.
“Mesinnya beli di Surabaya, dan berasal dari China,” katanya.
Sementara itu, produksi uang palsu di Kampus Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM) Samata, Gowa, Sulawesi Selatan ternyata sudah berlangsyng 14 tahun.
Hasil pemeriksaan terhadap sejumlah tersangka, polisi mendapati bukti baru bahwa produksi uang palsu di kampus ternama tersebut beroperasi sejak 2010.
Komplotan melibatkan orang dalam kampus dan oknum bank BUMN ini diduga sudah mencetak puluhan miliar uang palsu sejak pertama beroperasi.
Uang palsu yang dihasilkan tidak terdeteksi x-ray lantaran mesin pencetaknya canggih.
Satu rim kertas dapat mencetak uang palsu senilai Rp1,2 miliar, sedangkan penyidik mengamankan 40 rim kertas.
Kasus pembuatan uang palsu terbongkar pada Jumat (13/12/2024), saat Polres Gowa menemukan mesin pencetak uang di Perpustakaan Syekh Yusuf, UIN Alauddin.
Dua orang yang langsung ditangkap yakni Kepala UPT Perpustakaan Pusat UIN Alauddin Makassar, Dr. Andi Ibrahim, dan seorang staf UIN Alauddin.
Tersangka kasus pembuatan uang palsu di Kampus Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM) Samata, Gowa, Sulawesi Selatan bertambah menjadi 17 orang.
Kapolda Sulsel, Irjen Pol Yudiawan, menyatakan produksi uang palsu beroperasi sejak 2010.
Sejumlah barang bukti ditunjukkan dalam konferensi pers yang digelar pada Kamis (19/12/2024). Mulai mesin cetak, kertas khusus, dan tinta yang dipesan langsung dari China.
“Jadi mesin cetaknya ini dibeli dari Surabaya tetapi pesanan langsung dari China, termasuk tinta dan kertas,” ungkapnya, Kamis.
Ia menyatakan penyidik terus mendalami kasus ini dan mengumpulkan barang bukti.
“Kami tidak ingin mempersangkakan seseorang yang tak bersalah, tapi yang pasti jika dia terlibat, pasti kita langsung tersangkakan,” ucapnya, Senin (16/12/2024), dikutip dari TribunTimur.com.
Ia menambahkan penelusuran kasus pembuatan uang palsu dilakuakan sejak awal Desember 2024 dan sudah mengamankan 15 pelaku.
“Mungkin masih ada lagi tersangka lanjutannya. Kami minta sabar, ini masih kami kembangkan,” tuturnya.
Kasus ini terungkap setelah tim gabungan dibentuk terdiri dari Labfor, Bank Indonesia (BI), BRI, BNI, dan bantuan dari rektor UIN Alauddin Makassar.
“Kami melakukan penyidikan berdasarkan joint investigation. Penyidikan ini menggunakan teknologi atau scientific investigation.”
“Ternyata alat dan barang bukti yang kami dapatkan berasal dari kampus salah satu universitas ternama di Gowa,” pungkasnya.
Setelah kasus pembuatan uang palsu terungkap, para pedagang di Gowa enggan menerima uang pecahan Rp100 ribu.
Mereka khawatir uang yang diterima palsu dan tak dapat digunakan untuk bertransaksi lagi.
Seperti disebut sebelumnya, dalam kasus ini, miliaran uang palsu yang diproduksi di kampus UIN Alauddin Makassar sudah beredar luas di masyarakat.
Skandal produksi uang palsu ini melibatkan orang dalam kampus hingga pegawai bank.
Pada konfrensi pers berlangsung di Polres Gowa, Jl Syamsuddin Tunru, Kecamatan Somba Opu, Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis (19/12/2024) yang dihadiri Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawa dan Kapolres Gowa AKBP Reonald Simanjuntak serta pimpinan Bank Indonesia (BI) cabang Sulsel, barang bukti sindikat uang palsu ini diperlihatkan
Sejumlah barang bukti sindikat uang palsu jaringan UIN Alauddin Makassar ini ditampilkan pada konfrensi pers.
Termasuk pengungkapan 17 tersangka.
Dimana dua diantara 17 tersangka oknum pegawai bank BUMN yakni Inisial IR (37 tahun) dan AK (50 tahun).
“Mereka masuk dalam peran dalam transaksi jual beli uang palsu. Pelaku menggunakan, dia menjual dan dia juga membeli uang palsu,” kata AKBP Reonald Simanjuntak.
“Transaksi mereka di luar dari bank mereka bekerja dan ini tindakan individu,” ujar Kapolres Gowa.
AKBP Reonald mengatakan saat ini pihaknya terus menangani kasus uang palsu ini.
Menurutnya, pengungkapan uang palsu ini sudah dimulai sejak awal Desember 2024.
“Benar, saat ini sudah ditingkatkan ke penyidikan. Kami mohon waktu, ini masih kami kembangkan lagi,” katanya
Pabrik uang palsu ini dicetak di Perpustakaan Syekh Yusuf, Kampus II Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Sulsel.
Polisi mengungkap total uang palsu yang dicetak di perpustakaan ini berkisar Rp 2 miliar.
Selebihnya, Rp 446 juta berhasil disita dari Kampus II UIN, lokasi yang diduga sebagai tempat percetakan.
Berdasarkan informasi dihimpun dari pihak kepolisian, yang baru terungkap sejauh ini, sebagian uang itu telah disebarkan ke beberapa daerah di Sulsel diantaranya Kabupaten Gowa dan Kabupaten Wajo, serta di Sulawesi Barat (Sulbar) yakni Kabupaten Mamuju.
Skandal Pabrik Uang Palsu Melibatkan Bank BUMN
Ya, Polres Gowa melibatkan perbankan membongkar kasus uang palsu di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, Makassar.
Yaitu Bank Indonesia (BI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Bank Negara Indonesia (BNI).
Selain BI, BRI, dan BNI, Polres Gowa juga melibatkan Laboratorium Forensik atau labfor.
“Kami juga meminta bantuan dari rektor UIN Alauddin Makassar. Kami melakukan berdasarkan join Investigation,” tambah AKBP Reonald Simanjuntak.
Penyidikan ini menggunakan teknologi atau scientific Investigation.
Total ada 100 jenis barang bukti yang disita polisi.
Doktor UIN Jadi Otak Pelaku
Sementara itu, dosen Dr Andi Ibrahim diduga menjadi otak di balik peredaran uang palsu senilai Rp2 miliar yang telah beredar di Gowa, Wajo Sulsel, dan Mamuju Sulbar.
Dia merupakan Kepala Perpustakaan UIN Alauddin, Makassar.
Dalam kasus ini polisi menemukan pabrik uang palsu di lantai tiga perpustakaan UIN.
Selain menemukan pabrik uang palsu, polisi juga menyita uang palsu di perpustakaan nilainya Rp446.700.000.
Uang palsu yang disita merupakan pecahan Rp100 ribu.
Akibat perbuatannya, ia pun dinonaktifkan dari jabatan Kepala Perpustakaan UIN.
Polisi mengungkap total uang palsu yang dicetak di Perpustakaan Syekh Yusuf, Kampus II UIN Alauddin Makassar, berkisar Rp2 miliar.
Selebihnya, Rp446 juta berhasil disita dari Kampus II UIN, lokasi yang diduga sebagai tempat percetakan.
Tubagus Haikal adalah seorang kontributor di media IKABARI