, JAKARTA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, menerima kedatangan Duta Besar Australia untuk Indonesia, Roderick Brazie, di kantor Kementerian BUMN, Jakarta pada hari Rabu, 12 Maret 2025. Menurut Erick, pembicaraan dalam pertemuan itu mencakup potensi kolaborasi bilateral dalam bidang logistic, agribisnis, industri hulu serta pengelolaan sumber daya alam.
“BUMN kami siap bekerja sama guna mendukung pertumbuhan ekonomi nasional mencapai delapan persen sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Presiden Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto,” kata Erick setelah menghadiri pertemuan itu.
Erick bersama dengan Brazie juga mengulas tentang perubahan dalam urusan geopolitik dan geoekonomi secara global beserta pengaruhnya pada hubungan perdagangan antara Indonesia dan Australia. Erick memberikan fokus khusus kepada kondisi pasar baja internasional, mencakup pula aturan tariff baja yang diberlakukan oleh AS terhadap beberapa negara seperti Australia, Kanada, Meksiko, dan Cina.
“Melihat kondisi global saat ini sangat menarik, karena Australia juga menghadapi penerapan tariff besi baja oleh Amerika Serikat, sama seperti Kanada dan Meksiko yang menerima bea masuk hingga 25%, sedangkan China dikenakan tariff 10%. Oleh karenanya, kami mencari cara untuk memperbaiki hubungan dengan Australia melalui jalur bilateral, bagaimana kita dapat meningkatkan volume perdagangan antara kedua negara,” jelas lelaki berkewarganegaraan Lampung itu.
Erick menjelaskan beberapa bidang utama yang akan dibahas, antara lain perdagangan susu dan daging, sesuai dengan program makanan bernutrisi Gratis yang digagas oleh pemerintah. Dia juga menyarankan adanya potensi investasi dari Australia dalam sektor tersebut, berdasarkan contoh kerja sama investasi seperti yang telah dilaksanakan Belanda lewat perusahaan Frisian Flag.
“Saya juga menyarankan bahwa Australia dapat mempertimbangkan kesempatan ini sebagai langkah investasi bersamasama,” ungkap Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).
Dalam bidang energi bersih, Erick menekankan potensi kolaborasi di sektor pengembangan ekosistem kendaraan listrik (EV). Terutama, ini mencakup rantai pasokan baterai yang didasarkan pada nikel dan litium. Pria yang pernah menjadi pemilik Inter Milan tersebut menyebut bahwa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) siap bekerja sama dengan perusahaan dari Australia guna memajukan industri mobil listrik.
Baterai mobil tersebut terdiri dari jenis nikel dan juga LFP yang menggunakan litium,
nah
Bisa jadi hal ini dapat disinkronkan untuk membentuk rantai pasokan kendaraan listrik di masa mendatang,” lanjut Erick.
Walaupun daftar Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bakal berkolaborasi dengan Australia baru pada tahap permulaan, Erick tegaskan betapa pentingnya meningkatkan jaringan pasok lokal. Selain itu, Erick pun ingatkan bahwa sebelumnya Indonesia sempat mencoba untuk melakukan kerjasama investasi dalam bidang garam bersama Australia; namun sayangnya, proyek ini kemudian diakuisisi oleh pemodal asal negeri lain.
” Ini precisely apa yang ingin saya dorong, yaitu bagaimana kami harus terus memperkokoh jaringan pasokan kami sebagai sebuah negara,” ujar Erick.
Tubagus Haikal adalah seorang kontributor di media IKABARI