Akhir Pekan Seru di Festival Kalipasir Cikini: Teatrikal Gurindam Dua Belas

Akhir Pekan Seru di Festival Kalipasir Cikini: Teatrikal Gurindam Dua Belas

Pertunjukan Teater Musikal Gurindam Dua Belas Memeriahkan Festival Kalipasir

Pertunjukan teater sastra musikal Gurindam Dua Belas berhasil memeriahkan Festival Kalipasir yang berlangsung di Cikini, Jakarta Pusat, pada Sabtu, 26 Juli 2025. Komunitas Budaya Dapunta, yang berbasis di Jakarta, membawakan karya sastra klasik ini di Panggung Rakyat yang terletak tepat di seberang kali atau sungai. Acara ini digelar pada tengah hari dan menarik perhatian banyak penonton.

Pertunjukan dimulai dengan syair yang dinyanyikan dengan iringan alat musik tradisional seperti rebana, rampak gendang, seruling, dan gitar. Syair-syair tersebut dibawakan oleh Exan Zen, sutradara pertunjukan ini, bersama komunitasnya. Salah satu syair yang dibawakan adalah: “Laksana siram air mendayu, air mendayu di laut dalam, ini gurindam syair Melayu, syair Melayu laksana silam.” Penggunaan alat musik tradisional memberikan nuansa estetika yang khas dan memperkuat makna dari setiap kata yang disampaikan.

Read More

Apa Itu Gurindam Dua Belas?

Gurindam merupakan sajak yang terdiri dari dua baris dan biasanya berisi petuah atau nasihat. Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji, yang selesai ditulis pada tahun 1846, terdiri dari dua belas pasal yang mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari ibadah, kewajiban raja, tanggung jawab anak terhadap orang tua, tanggung jawab orang tua terhadap anak, budi pekerti, hingga tata cara hidup bermasyarakat.

Komunitas Budaya Dapunta membawakan karya ini dengan aksi teatrikal bergaya samrah yang dibawakan secara bergantian. Pasal pertama, yang berisi nasihat agama, dibacakan oleh seorang anak laki-laki berpakaian hitam-hitam. Ia membuka pasal ini dengan intonasi tegas: “Barang siapa tiada memegang agama, Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.” Di akhir pembacaan, ia menutupnya dengan seni bela diri yang menambah kesan dramatis.

Setiap pasal dibawakan dengan gaya yang berbeda. Ada nyanyian syair Melayu dengan iringan alat musik tradisional di setiap jeda. Pasal selanjutnya, yang berisi nasihat tentang rukun Islam, dibawakan oleh seorang laki-laki berpakaian kiai. Namun, sayangnya, pembacaan gurindam ini tidak lengkap. Setelah pasal kedelapan, mereka langsung melompat ke pasal kedua belas, yang merupakan bagian terakhir dari karya ini.

Mengenalkan Gurindam kepada Generasi Muda

Exan Zen, yang dikenal sebagai penulis, aktor, dan sutradara, menjelaskan bahwa pertunjukan ini menggabungkan unsur teater tradisional dengan modern agar lebih mudah diterima oleh generasi muda. Menurut dia, banyak generasi muda saat ini yang tidak mengenal Gurindam Dua Belas dan Raja Ali Haji, seorang sastrawan dari Pulau Penyengat, Kepulauan Riau, yang ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 2004.

“Salah satu peletak dasar peribahasa Indonesia,” ujarnya. Sebelum tampil di Festival Kalipasir, Komunitas Budaya Dapunta telah membawakan Gurindam Dua Belas dalam pentas keliling di Solo, Garut, dan Bandung. Pentas ini menjadi perayaan 178 tahun usia karya ini. Perbedaan utama antara pentas keliling dan Festival Kalipasir adalah durasi. Pentas keliling berlangsung selama 50 menit, sedangkan di Festival Kalipasir hanya 25 menit.

Exan menekankan bahwa Gurindam Dua Belas perlu diketahui oleh generasi sekarang karena masih memiliki nilai-nilai yang relevan. Contohnya, nasihat dalam pasal kedua belas yang terinspirasi dari konflik internal kerajaan dan tekanan penjajah pada masa itu. “Raja mufakat dengan menteri, seperti kebun berpagarkan duri,” ujarnya. “Jadi, ketika pejabat yang di atas melakukannya konspirasi, maka istana itu seperti pagar berduri, tak ada orang yang bisa masuk.”

Festival Kalipasir dan Inisiatif IKJ

Festival Kalipasir berlangsung selama dua hari, yaitu Jumat dan Sabtu, 25 dan 26 Juli 2025. Acara ini merupakan perayaan kolaborasi antara kearifan lokal, seni urban, tradisi, dan kreativitas komunitas. Festival ini diinisiasi oleh Institut Kesenian Jakarta (IKJ) sebagai bagian dari perayaan Dies Natalis ke-55.

Festival ini menawarkan berbagai bentuk seni dan budaya yang menarik dan edukatif. Para pengunjung dapat menyaksikan berbagai pertunjukan yang menggambarkan kekayaan budaya Indonesia. Selain itu, acara ini juga menjadi ajang untuk memperkenalkan karya-karya klasik seperti Gurindam Dua Belas kepada generasi muda.

Related posts