Indef: Fenomena ‘Rojali’ dan ‘Rohana’ Tak Hanya di Mall, Tapi Juga Online

Indef: Fenomena ‘Rojali’ dan ‘Rohana’ Tak Hanya di Mall, Tapi Juga Online

Fenomena “Rojali” dan “Rohana” Sebagai Tanda Kenaikan Tekanan Ekonomi

Di tengah kondisi ekonomi yang semakin memprihatinkan, muncul fenomena baru di kalangan masyarakat kelas menengah. Fenomena ini dikenal dengan sebutan “Rojali” dan “Rohana”. Rojali merujuk pada rombongan yang jarang melakukan pembelian, sedangkan Rohana menggambarkan kelompok yang hanya bertanya tanpa langsung bertransaksi. Direktur Pengembangan Big Data Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto, menyebutkan bahwa fenomena ini menjadi indikator serius terhadap tekanan ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat.

Eko menjelaskan bahwa penurunan pendapatan rata-rata masyarakat menyebabkan perubahan perilaku konsumen. Banyak orang kini lebih memilih datang ke pusat perbelanjaan hanya untuk sekadar berjalan-jalan atau mencari hiburan, tanpa niat untuk membeli barang. Hal ini disebut sebagai bentuk refreshing, namun tidak diiringi dengan aktivitas belanja yang signifikan.

Read More

Tidak hanya di tempat fisik, tren ini juga terjadi di platform belanja daring. Banyak calon konsumen aktif mengunjungi e-commerce, tetapi hanya melihat-lihat produk tanpa segera menyelesaikan transaksi. Eko menilai, hal ini disebabkan oleh berbagai pertimbangan ekonomi yang membuat konsumen enggan mengambil keputusan pembelian secara langsung.

“Kebiasaan mereka adalah melihat-lihat produk, tetapi tidak segera check out. Mereka cenderung menunggu diskon,” ujar Eko. Ia menilai, ini menunjukkan adanya ketidakpastian dalam pengambilan keputusan pembelian akibat kondisi ekonomi yang tidak stabil.

Menyadari pentingnya situasi ini, Eko menyarankan pemerintah untuk segera mengambil langkah-langkah konkret. Salah satu rekomendasi yang ia ajukan adalah penyediaan stimulus ekonomi khusus untuk kelompok kelas menengah. Menurutnya, intervensi pemerintah dapat membantu meningkatkan daya beli masyarakat dan memperbaiki kondisi pasar.

“Stimulus ekonomi untuk kelas menengah sangat penting karena ‘Rojali’ dan ‘Rohana’ umumnya masuk dalam kategori tersebut,” jelas Eko. Ia menyarankan beberapa opsi seperti diskon listrik atau peningkatan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sebagai upaya untuk mendorong kembali aktivitas belanja masyarakat.

Selain itu, Eko juga menekankan perlunya adaptasi dari pelaku usaha ritel. Dalam situasi daya beli yang melemah, para pengusaha harus menyesuaikan strategi produk dan harga agar tetap relevan dengan kebutuhan konsumen saat ini. Perubahan ini diperlukan untuk menjaga daya saing dan minat belanja masyarakat.

“Pengusaha di mal juga harus menyesuaikan produk dengan kondisi daya beli saat ini,” tambah Eko. Ia menilai, strategi yang fleksibel dan responsif terhadap kebutuhan konsumen akan membantu memulihkan aktivitas ekonomi di sektor ritel.

Dengan adanya tindakan dari pemerintah dan adaptasi dari pelaku usaha, diharapkan bisa memberikan dampak positif dalam mengatasi gejala ekonomi yang sedang dialami masyarakat. Selain itu, penting bagi semua pihak untuk terus memantau perkembangan dan menyiapkan solusi yang tepat guna menghadapi tantangan ekonomi yang semakin kompleks.

Related posts