Dampak Konflik Thailand dan Kamboja terhadap Pariwisata ASEAN
Konflik antara Thailand dan Kamboja yang kini sedang memanas menimbulkan kekhawatiran terhadap arus kunjungan wisatawan di kawasan ASEAN. Sebagai salah satu destinasi favorit, Thailand telah menjadi tujuan utama bagi banyak wisatawan internasional. Tahun lalu saja, jumlah kunjungan wisman ke Thailand mencapai 35 juta, menjadikannya sebagai negara dengan tingkat kedatangan tertinggi di kawasan Asia Tenggara.
Namun, situasi ini berubah seiring munculnya konflik antar dua negara tersebut. Akibatnya, beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Australia mengeluarkan peringatan perjalanan untuk warga negaranya agar tidak berkunjung ke Thailand dan Kamboja. Hal ini dapat memberikan dampak signifikan terhadap industri pariwisata di kawasan, khususnya jika konflik tidak segera diselesaikan.
Peluang Bagi Bali
Meskipun konflik berpotensi mengurangi jumlah wisatawan yang datang ke Thailand, hal ini juga bisa menjadi peluang bagi Bali. Jika para wisatawan yang ingin meninggalkan Thailand mencari alternatif, Bali bisa menjadi pilihan utama. Namun, Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Provinsi Bali, Ida Bagus Agung Partha Adnyana, menegaskan bahwa tidak semua wisatawan akan langsung beralih ke Bali hanya karena adanya konflik.
“Dalam konteks regional, setiap negara memiliki tantangan dan dinamika masing-masing. Meski terjadi konflik di suatu negara, bukan berarti otomatis akan ada limpahan wisatawan ke negara lain. Bali dan destinasi lain di Indonesia harus tetap proaktif dalam menjaga kepercayaan wisatawan,” ujarnya.
Gus Agung menekankan pentingnya menjaga rasa aman, nyaman, dan kualitas layanan agar wisatawan tetap percaya dan kembali berkunjung. Selain itu, ia juga menyampaikan harapan agar situasi di Thailand dan Kamboja segera mereda agar stabilitas kawasan dapat tercapai, yang merupakan faktor penting dalam pemulihan sektor pariwisata.
Potensi Pertumbuhan Pariwisata di Asia Pasifik
Tren perjalanan di kawasan Asia Pasifik saat ini menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Pasar-pasar utama seperti Australia, India, Tiongkok, serta negara-negara Asia Tenggara menunjukkan minat yang tinggi terhadap destinasi wisata. Ini memberikan peluang besar bagi Bali untuk memperkuat promosi, konektivitas, serta daya saing produk pariwisata.
Bali sendiri terus memperkuat posisinya sebagai destinasi yang aman, ramah, dan berkualitas. Komitmen terhadap pariwisata yang berkelanjutan dan berbudaya menjadi prioritas utama dalam menjaga kepercayaan wisatawan global.
Data Kunjungan Wisatawan ke Bali
Sebagai informasi, data kunjungan wisatawan langsung ke Provinsi Bali pada Maret 2025 menunjukkan peningkatan yang signifikan. Total kunjungan mencapai 470.851, naik sebesar 4,47% dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebanyak 450.697 kunjungan.
Wisatawan asal Australia mendominasi kedatangan wisman ke Bali pada bulan tersebut dengan pangsa sebesar 22,06%. Hal ini menunjukkan bahwa Bali masih menjadi destinasi yang diminati oleh wisatawan dari berbagai belahan dunia.
Dengan kondisi yang terus berkembang, Bali perlu terus beradaptasi dan memperkuat strategi pemasaran guna mempertahankan posisinya sebagai salah satu destinasi wisata terbaik di kawasan Asia Tenggara.






