Pembukaan 230 Ribu Halaman Dokumen Pembunuhan Martin Luther King Jr.

Pembukaan 230 Ribu Halaman Dokumen Pembunuhan Martin Luther King Jr.

Pembebasan Dokumen Terkait Pembunuhan Martin Luther King Jr.

Pemerintah Amerika Serikat pada Senin, 21 Juli 2025, merilis sejumlah besar dokumen yang terkait dengan pembunuhan Martin Luther King Jr. pada tahun 1968. Dokumen-dokumen ini mencakup lebih dari 230 ribu halaman yang dianggap sebagai bagian dari penyelidikan pemerintah terhadap kasus tersebut. Langkah ini dilakukan sebagai respons terhadap perintah sebelumnya yang dikeluarkan oleh Presiden Donald Trump, yang juga memerintahkan pengungkapan dokumen-dokumen terkait pembunuhan Presiden John F. Kennedy dan Senator Robert F. Kennedy.

Menurut laporan yang diterbitkan, Kantor Direktur Intelijen Nasional (ODNI) menyebut bahwa ini adalah pertama kalinya dokumen-dokumen tersebut dirilis secara daring dalam satu koleksi lengkap dengan sensor minimal. Meskipun sebagian dokumen sudah pernah dibuka melalui permintaan Undang-Undang Kebebasan Informasi (Freedom of Information Act), namun tidak sepenuhnya rinci dan tersedia secara lengkap.

Read More

Arsip King telah disegel oleh pengadilan sejak 1977, ketika FBI pertama kali mengumpulkan dokumen-dokumen tersebut dan menyerahkannya kepada Arsip dan Administrasi Arsip Nasional. Sebelumnya, arsip tentang pembunuhan John F. Kennedy dirilis pada Maret lalu, sedangkan berkas-berkas terkait pembunuhan Robert F. Kennedy dirilis pada April.

King dibunuh pada April 1968 di Memphis, Tennessee. James Earl Ray dihukum karena pembunuhan tersebut dan meninggal di penjara pada 1998. Namun, anak-anak King menyatakan keraguan terhadap kesaksian Ray dan menunjukkan kecurigaan bahwa ada pihak lain yang terlibat dalam pembunuhan tersebut.

Dokumen yang Disembunyikan Selama Puluhan Tahun

ODNI menyatakan bahwa lebih dari 230 ribu halaman dokumen ini “tidak pernah didigitalisasi dan hanya mengumpulkan debu di berbagai fasilitas pemerintah selama puluhan tahun, hingga hari ini.” Dokumen-dokumen ini mencakup memo internal FBI tentang perkembangan penyelidikan, diskusi mengenai petunjuk-petunjuk potensial, serta informasi terkait mantan teman satu sel James Earl Ray, sosok yang mengaku sebagai pembunuh King.

Selain itu, terdapat juga catatan dari CIA mengenai upaya pencarian Ray, yang sempat melarikan diri ke luar negeri sebelum akhirnya ditangkap dan mengaku bersalah. Ray kemudian dijatuhi hukuman 99 tahun penjara, tetapi ia mencabut pengakuannya dan mengklaim tidak bersalah hingga meninggal pada 1998.

Direktur Intelijen Nasional Tulsi Gabbard menyatakan bahwa rakyat Amerika telah menunggu hampir enam dekade untuk melihat sejauh mana penyelidikan pemerintah federal atas pembunuhan Dr. King. ODNI juga menyebut bahwa keluarga King telah diberi kesempatan meninjau dokumen-dokumen ini dua minggu sebelum dipublikasikan.

Namun, beberapa anggota keluarga menolak rencana ini. Mereka menyatakan bahwa bagi mereka, pembunuhan ayah mereka adalah kehilangan pribadi yang mendalam dan telah mereka rasakan selama 56 tahun. Mereka berharap diberi kesempatan untuk meninjau dokumen ini sebagai keluarga sebelum dipublikasikan.

Permintaan Keluarga King

Bernice King, 62 tahun, dan Martin Luther King III (67), dua anak King yang masih hidup, meminta masyarakat membaca dokumen tersebut dengan empati, pengendalian diri, dan rasa hormat terhadap duka yang masih mereka rasakan. Menurut mereka, selama masa hidupnya, pemimpin hak-hak sipil tersebut menjadi sasaran “kampanye disinformasi dan pengawasan yang invasif, predatoris, dan sangat meresahkan” yang didalangi oleh direktur FBI saat itu, J. Edgar Hoover.

Kampanye FBI tersebut bertujuan untuk “mendiskreditkan, membongkar, dan menghancurkan reputasi Dr. King dan Gerakan Hak Sipil Amerika yang lebih luas,” kata mereka. “Tindakan-tindakan ini bukan hanya pelanggaran privasi, tetapi juga serangan yang disengaja terhadap kebenaran.”

Pernyataan tersebut dirilis melalui The King Center for Nonviolent Social Change. Mereka juga menyinggung sejarah pengawasan FBI terhadap ayah mereka di era 1960-an. “Kami mendukung keterbukaan dan akuntabilitas sejarah, tapi kami menolak segala upaya untuk menyerang warisan ayah kami atau menggunakan dokumen ini untuk menyebarkan kebohongan,” tulis keluarga King.

Versi Berbeda dalam Penyelidikan

Keluarga King juga menyinggung putusan pengadilan perdata di Tennessee tahun 1999 yang menyatakan seorang laki-laki bernama Loyd Jowers dan sejumlah konspirator, termasuk lembaga pemerintah, terlibat dalam pembunuhan King. Namun, penyelidikan resmi pemerintah menyatakan sebaliknya. Departemen Kehakiman Amerika Serikat menyimpulkan pada 1977 dan 2000 bahwa Ray adalah pelakunya dan bertindak sendiri.

Sementara itu, Komite Khusus DPR Amerika Serikat untuk Pembunuhan menyimpulkan pada akhir 1970-an bahwa pembunuhan King kemungkinan besar merupakan hasil konspirasi yang melibatkan Ray, meskipun belum ditemukan bukti keterlibatan pemerintah.

Related posts