Kepemimpinan Tim Cook di Tengah Tantangan Teknologi Global
Di tengah gelombang transformasi teknologi yang dipimpin oleh tokoh-tokoh besar seperti Elon Musk, Jeff Bezos, dan Sundar Pichai, posisi Tim Cook sebagai CEO Apple sedang menghadapi kritik yang semakin tajam. Desakan agar Cook mundur semakin menguat seiring tantangan serius yang dihadapi perusahaan, terutama dalam persaingan kecerdasan buatan (AI) yang kini menjadi medan utama inovasi dunia teknologi.
Krisis internal Apple semakin mencuat setelah dua eksekutif senior di bidang AI hengkang dalam waktu berdekatan ke Meta, pesaing utama Apple dalam ekosistem AI dan metaverse. Sorotan kian tajam setelah konferensi tahunan Worldwide Developer Conference bulan lalu—yang biasanya jadi panggung inovasi Apple—justru dinilai mengecewakan. “Itu membosankan,” kata analis Wedbush, Dan Ives, menggambarkan acara tersebut.
Dalam laporan riset Wall Street Lightshed, disebutkan bahwa “Cook bukan lagi orang yang tepat untuk Apple.” Dalam laporan analisisnya, mereka menyebut Apple kini “membutuhkan CEO yang berfokus pada produk, bukan sekadar logistik.” Mereka menekankan, “AI bukan sesuatu yang bisa sekadar ditarik talinya. Jika Apple gagal dalam AI, itu bisa mengubah arah jangka panjang perusahaan secara fundamental.”
Namun, di balik kritik tersebut, para konsultan eksekutif yang berpengalaman dalam proses suksesi CEO di perusahaan-perusahaan besar dunia menilai dinamika ini dari sudut pandang yang lebih strategis. Tiga konsultan suksesi CEO yang telah menasihati puluhan dewan perusahaan multinasional berpendapat bahwa Tim Cook masih relevan sebagai pemimpin Apple—setidaknya untuk beberapa tahun ke depan.
“Apple memang tidak pernah menjadi yang pertama masuk pasar. Tapi mereka selalu memoles teknologi yang sudah terbukti, lalu merilisnya dengan cara yang sangat inovatif dan estetis,” kata salah satu pakar.
Dalam lanskap teknologi global saat ini, Apple menghadapi dua tantangan besar: ledakan AI dan stagnasi perangkat keras. “Ada masalah ‘cukup baik’. Banyak konsumen merasa ponsel mereka sudah memenuhi kebutuhan. Saya sendiri masih menggunakan iPhone keluaran beberapa tahun lalu karena belum ada alasan kuat untuk upgrade,” ujar seorang konsultan.
Meski begitu, Apple dinilai masih punya kekuatan. “Berbeda dengan Google, Apple tidak kehilangan pendapatan dari AI. Bahkan untuk mengakses ChatGPT pun, pengguna tetap memakai iPhone mereka.”
Di tengah kondisi tersebut, desakan terhadap Cook untuk segera meluncurkan terobosan nyata di bidang AI pun semakin menguat. “Saya akan sangat terkejut jika dalam 12 bulan ke depan mereka tidak juga merilis agen AI fungsional yang mampu menggantikan Siri,” ujar salah satu konsultan.
Sementara itu, sumber internal menyebut bahwa Cook tengah mempertimbangkan masa transisi kepemimpinan dalam rentang tiga hingga lima tahun mendatang, yakni saat usianya menginjak antara 68 hingga 70 tahun. “Dia merasa masih memiliki pekerjaan rumah yang belum selesai dalam pengembangan AI,” kata sumber tersebut.
Soal suksesi, dua nama mencuat sebagai kandidat kuat: John Ternus (Wakil Presiden Senior Teknik Perangkat Keras) dan Craig Federighi (Wakil Presiden Senior Teknik Perangkat Lunak). Namun, belum ada keputusan final.
“Apple hampir pasti tidak akan menunjuk orang luar karena sejarah perusahaan menunjukkan bahwa budaya internal Apple sangat eksklusif,” kata pakar lain, merujuk pada kegagalan kepemimpinan sebelum Steve Jobs kembali memimpin Apple pada 1997 dan membalikkan arah perusahaan.
Meski demikian, para analis percaya bahwa untuk saat ini, Cook masih dibutuhkan. “Sampai persoalan rantai pasok dan tarif benar-benar tuntas, Apple masih membutuhkan genius operasional seperti Tim Cook,” ujar mereka. Dengan meningkatnya ketegangan geopolitik dan gangguan manufaktur global, kepemimpinan logistik seperti Cook justru menjadi keunggulan strategis.
Penilaian akhir datang dari sejarawan bisnis Harvard, Richard Tedlow, menilai Apple masih menjawab lima aspek krusial: kepuasan pelanggan, ketangguhan, budaya kuat, kemampuan mengakui kesalahan, dan kesiapan menghadapi risiko besar. “Apple memenuhi semuanya,” ujarnya. Bahkan Warren Buffett mengakui, “Saya sedikit malu mengatakan bahwa Tim Cook menghasilkan lebih banyak uang untuk Berkshire daripada saya sendiri.”
Tedlow menutup dengan satu pertanyaan tajam: “Jika Anda bisa memilih siapa pun dalam sejarah bisnis untuk memimpin Apple saat ini—dari John Jacob Astor, Rockefeller, Tom Watson Sr., Andy Grove, sampai Tim Cook—siapa yang Anda pilih? Sebenarnya, ini bukan pertanyaan yang sulit.”
Dalam konteks ini, pertanyaan tersebut tidak hanya menggugah imajinasi, tetapi juga mencerminkan tantangan nyata yang tengah dihadapi Apple dalam menentukan arah dan sosok pemimpinnya di masa depan.






