IKABARI – Anggota Legislatif DKI Jakarta Pantas Nainggolan menyambut baik dimulainya peresmian Taman Bendera Pusaka sebagai salah satu langkah penting dalam pemulihan tata ruang Ibu Kota.
Menurutnya, pengembangan taman ini tidak hanya berupa penambahan ruang terbuka hijau, tetapi juga menciptakan ikon baru yang penuh makna sejarah dan rasa bangga nasional.
“Pemulihan ruang terbuka hijau merupakan kunci dalam membangun Jakarta yang berkelanjutan,” ujar Pantas, Sabtu (9/8/2025).
“Monumen Bendera Kebangsaan akan menjadi simbol komitmen tersebut, sekaligus mengingatkan generasi mendatang akan sejarah kemerdekaan,” tambahnya.
Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta menganggap bahwa selain fungsi estetika dan rekreasi, Taman Bendera Pusaka akan berperan sebagai kawasan penyerapan air yang membantu mengurangi risiko banjir.
Proyek ini, lanjutnya, sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) serta tujuan menjadikan Jakarta sebagai kota global 50 besar pada 2029, dan masuk 20 besar dunia dalam dua dekade berikutnya.
“Langkah ini perlu konsisten dan terpadu dengan program pembangunan lain,” katanya.
“Memang tidak semua akan sepakat, tetapi tujuan kita jelas yaitu Jakarta yang hijau, nyaman, dan membanggakan di mata dunia,” lanjutnya.
Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta, Wa Ode Herlina, juga menyambut baik pengembangan Taman Bendera Pusaka yang menggabungkan Taman Ayodya, Taman Langsat, dan Taman Leuser.
Area ini sebelumnya dijadikan sebagai Taman ASEAN, sebuah ruang terbuka hijau berukuran internasional.
Wa Ode menganggap, Taman Bendera Pusaka akan menjadi simbol baru dan sumber kebanggaan bagi penduduk DKI Jakarta.
“Kapan lagi kita memiliki taman berstandar internasional? Proyek ini selaras dengan Jakarta sebagai kota global,” katanya.
Seperti yang diketahui, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah memulai pengerjaan Taman Bendera Pusaka di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Proyek ini menggabungkan tiga taman yang sudah ada, yakni Taman Langsat, Taman Ayodia, dan Taman Leuser, menjadi satu area ruang terbuka hijau seluas 5,5 hektar, yang tidak hanya memiliki fungsi ekologis tetapi juga sosial, estetika, dan ekonomi.
Taman Bendera Pusaka dibangun di atas tanah milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang diurus oleh Dinas Pertamanan dan Hutan Kota (Distamhut).
Dari segi penggunaan tata ruang, taman ini termasuk dalam subzona RTH 4 (Taman Kelurahan) dan RTH 5 (Taman RW), serta telah masuk ke dalam kawasan pelestarian Cagar Budaya Kebayoran Baru.
Area ini juga strategis karena dekat dengan kawasan TOD Blok M, pusat kegiatan masyarakat yang terus berkembang sebagai ikon perkotaan Jakarta.
Tiga taman yang akan digabungkan memiliki luas keseluruhan sekitar 55.281 meter persegi, yaitu Taman Langsat dengan luas 38.125 meter persegi, Taman Ayodia seluas 7.606 meter persegi, dan Taman Leuser yang mencapai 9.550 meter persegi.
Area ini dikenal sebagai paru-paru kota Jakarta bagian selatan dan telah lama berfungsi sebagai ruang publik bagi penduduk setempat.
Pada perkembangannya, jembatan penghubung akan dibuat untuk menggabungkan seluruh area, sehingga pengunjung tidak perlu melewati jalan umum saat berpindah antar taman.
Kepala Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan (CKTRP) DKI Jakarta, Vera Refina Sari, menyatakan bahwa proyek ini bukan hanya sekadar perbaikan taman, melainkan wujud “rebirth” atau kelahiran kembali dari tiga taman yang digabungkan menjadi Taman Bendera Pusaka, sebuah ruang publik baru yang lebih dinamis, inklusif, dan berfungsi ganda.
Ia menyampaikan, Taman Bendera Pusaka tidak hanya akan menawarkan keindahan pemandangan, tetapi juga mengelola sistem air wilayah guna membantu pengendalian banjir, memperkuat peran ekologis, sekaligus mempertimbangkan nilai sejarah dan budaya setempat.
“Diharapkan, taman ini mampu memperkuat hubungan sosial antar warga, mendukung kegiatan olahraga, seni, dan aktivitas komunitas, sehingga menjadi simbol Jakarta sebagai kota global yang hijau dan berbudaya,” kata Vera.






