Sehat Tanpa Bias, Omega-3 dari Laut dan Darat

Sehat Tanpa Bias, Omega-3 dari Laut dan Darat

IKABARI – Sehat Tanpa Bias: Omega-3 dari Laut dan Air Tawar

Samudra memberikan kekuatan, asin memberikan keseimbangan — keduanya bermanfaat bagi kesehatan.

Read More

Pendahuluan

Pada 8 Agustus 2025, Kompas.com menerbitkan artikel bertajuk “Ikan Laut vs Ikan Tawar: Mana yang Lebih Sehat?” karya Ria Apriani Kusumastuti. Artikel ini menjelaskan perbedaan nutrisi antara ikan laut dan ikan tawar, lengkap dengan saran dari ahli gizi RSCM. Suasana yang digambarkan mirip dengan meja makan keluarga Indonesia yang beragam hidangannya, di mana ikan laut dan darat sama-sama memberikan kontribusi dalam menyediakan protein.

Kekuatan relevansinya terasa karena kebiasaan makan masyarakat sering dipengaruhi oleh akses bahan pangan, harga, serta tren gaya hidup sehat. Omega-3 kini semakin diminati karena perannya dalam mencegah penyakit jantung, meningkatkan kemampuan otak, dan mengurangi risiko peradangan. Perdebatan mengenai pilihan antara ikan laut dan ikan tawar menjadi penting di tengah meningkatnya kesadaran masyarakat akan gizi.

Saya ingin membahas topik ini karena perdebatan antara “laut dan tawar” sering kali berakhir pada prasangka, bukan pada bukti ilmiah. Artikel ini memberikan kesempatan untuk merenung: bukan tentang memilih salah satu jenis makanan, tetapi menggabungkan kelebihan keduanya untuk mendapatkan nutrisi yang seimbang. Pendekatan ini sangat penting bagi keluarga, mahasiswa gizi, dan pengambil kebijakan pangan.

1. Omega-3: Inti Perbedaan

Omega-3 merupakan lemak esensial yang menjadi ciri khas antara ikan laut dan ikan tawar. Ikan laut biasanya mengandung DHA dan EPA, dua jenis omega-3 yang mudah diserap oleh tubuh dan bermanfaat dalam menjaga kesehatan otak, jantung, serta penglihatan. Di sisi lain, ikan tawar lebih banyak mengandung ALA yang meskipun harus diubah terlebih dahulu sebelum digunakan oleh tubuh, tetapi tetap memberikan manfaat bagi sistem kekebalan dan fungsi kognitif.

Pesan yang terungkap adalah bahwa keunggulan nutrisi tidak hanya ditentukan oleh jumlah kandungan, tetapi juga jenis dan tingkat penyerapan. Hal ini mengingatkan kita bahwa variasi makanan memberikan manfaat fisiologis yang tidak bisa diperoleh melalui konsumsi satu jenis saja. Kritiknya, promosi gizi di masyarakat sering kali hanya menonjolkan ikan laut sebagai yang paling unggul tanpa menjelaskan peran khusus ikan tawar.

Refleksi yang penting adalah memahami ilmu pengetahuan di balik nutrisi, sehingga kita dapat memilih makanan secara lebih rasional. Masyarakat akan terhindar dari kesalahpahaman dan mampu menyusun menu yang benar-benar bermanfaat bagi kesehatan, bukan hanya mengikuti perkembangan tren.

2. Aksesibilitas dan Ketersediaan Pasar

Kelebihan ikan tawar terletak pada ketersediaannya di berbagai pasar tradisional dengan harga yang cukup murah. Banyak wilayah pedalaman kesulitan mendapatkan ikan laut segar, sehingga ikan tawar menjadi pilihan utama. Kondisi ini menunjukkan betapa pentingnya menyesuaikan saran nutrisi dengan kondisi geografis dan ekonomi setempat.

Pesan yang harus ditekankan adalah bahwa akses terhadap pangan lebih memengaruhi pola makan daripada preferensi individu. Terkadang, rekomendasi diet tidak dapat dijalankan karena tidak memperhatikan ketersediaan bahan di wilayah yang dituju. Kritiknya, kampanye kesehatan masyarakat perlu menyesuaikan diri dengan kondisi lokal, bukan hanya mengadopsi standar dari kota besar.

Kesadaran akan pentingnya program gizi nasional menunjukkan bahwa kolaborasi antar sektor seperti pertanian, perikanan, distribusi, dan pendidikan diperlukan. Tanpa kerja sama tersebut, kesenjangan gizi antar daerah akan sulit diminimalkan. Pemahaman terhadap keberlanjutan program gizi nasional menggarisbawahi perlunya keterlibatan berbagai sektor, termasuk pertanian, perikanan, distribusi, dan pendidikan. Tanpa adanya kerja sama ini, memperbaiki ketimpangan gizi antar wilayah akan menjadi tantangan yang berat. Program gizi nasional tidak dapat berjalan efektif tanpa partisipasi aktif dari berbagai sektor seperti pertanian, perikanan, distribusi, dan pendidikan. Tanpa kolaborasi tersebut, masalah ketimpangan gizi antar daerah akan sulit terselesaikan.

3. Kombinasi untuk Nutrisi Terbaik

Ahli gizi dari RSCM menyarankan agar mengonsumsi ikan tidak hanya terbatas pada satu jenis, tetapi menggabungkan antara ikan laut dan tawar. Pendekatan ini memperluas variasi nutrisi yang diperoleh, sekaligus mengurangi kemungkinan kekurangan zat gizi tertentu.

Pesan utamanya adalah bahwa kesehatan tidak muncul dari keterbatasan, tetapi dari keragaman dalam mengonsumsi makanan. Kritik terhadap kebiasaan masyarakat yang hanya mengonsumsi satu jenis hidangan adalah risiko kekurangan gizi tertentu.

Refleksi ini penting bagi keluarga Indonesia yang ingin memperkuat nutrisi anak selama masa pertumbuhan. Keragaman tidak hanya membuat makanan lebih menarik, tetapi juga meningkatkan kualitas kesehatan jangka panjang.

4. Kandungan Protein Hewan yang Stabil

Baik ikan laut maupun tawar menyediakan sumber protein hewani yang berkualitas. Protein ini berperan penting dalam pembentukan jaringan tubuh, aktivitas enzim, serta menjaga kepadatan otot. Ketika harga daging sapi atau ayam meningkat, ikan sering menjadi pilihan yang lebih terjangkau tetapi tetap bernutrisi.

Pesan yang jelas adalah: protein hewani dari ikan memiliki kandungan lemak sehat yang tidak dimiliki oleh semua sumber protein. Kritiknya, kesadaran ini belum diiringi dengan kebiasaan mengonsumsi ikan secara rutin, terutama di daerah yang lebih cenderung memilih daging merah atau makanan cepat saji.

Kesadaran akan pentingnya gizi sebaiknya menempatkan nilai protein ikan sebagai bagian dari strategi pencegahan penyakit degeneratif.

5. Pesan Pendidikan dan Tantangan Penyebaran Informasi

Membimbing masyarakat mengenai gizi membutuhkan bahasa yang mudah dipahami dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Perbedaan istilah seperti DHA, EPA, dan ALA perlu dijelaskan melalui contoh yang dekat dengan pengalaman sehari-hari.

Pesan utamanya adalah bahwa literasi gizi harus disajikan dalam bentuk cerita yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Kritiknya, penyuluhan kesehatan sering terlalu teknis sehingga sulit mencapai lapisan masyarakat yang paling membutuhkan.

Kesuksesan kampanye kesehatan tidak dinilai dari banyaknya materi yang disebarkan, melainkan dari perubahan pola makan yang terjadi.

Penutup

Memilih antara ikan laut dan ikan tawar bukanlah soal menang atau kalah, tetapi lebih pada seni mengatur keseimbangan nutrisi. Keduanya memiliki peran penting yang saling melengkapi, dan kebijaksanaan terletak pada keragaman dalam mengonsumsinya. Dalam kata-kata bijak dari proverbs Jepang, “Anda adalah apa yang Anda makan — dan pilihan Anda mencerminkan kesehatan Anda.”

Di tengah tantangan nutrisi global, pesan ini semakin penting: kita tidak perlu memilih satu sumber protein dan meninggalkan yang lain. Justru dengan keberagaman pangan, kesehatan keluarga dan bangsa bisa dipertahankan secara berkelanjutan. Wallahu a’lam.

Pernyataan: Artikel ini ditulis dengan tujuan edukasi dan refleksi, bukan pengganti konsultasi kesehatan atau saran pola makan pribadi.

Daftar Pustaka

Kusumastuti, R.A. (2025, 8 Agustus). Ikan Laut dan Ikan Tawar: Manakah yang Lebih Baik untuk Kesehatan? Kompas.com.https://health.kompas.com/read/25H08210000068/ikan-laut-vs-ikan-tawar–mana-yang-lebih-baik-untuk-kesehatan-

Institut Kesehatan Nasional. (2024). Fakta Mengenai Asam Lemak Omega-3 untuk Profesional Kesehatan.https://ods.od.nih.gov/factsheets/Omega3FattyAcids-HealthProfessional/

Organisasi Kesehatan Dunia. (2022). Pola makan sehat.https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/healthy-diet

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Republik Indonesia. (2023). Konsumsi Ikan Nasional dan Strategi Peningkatan.https://www.pertanian.go.id/

Sekolah Kesehatan Masyarakat Harvard T.H. Chan. (2023). Sumber Nutrisi – Asam Lemak Omega-3.https://www.hsph.harvard.edu/nutritionsource/omega-3-fats/

Related posts