8 Perilaku Halus Orang Dewasa yang Pernah Dibuang Saat Kecil

8 Perilaku Halus Orang Dewasa yang Pernah Dibuang Saat Kecil

IKABARIPengabaian selama masa kecil dapat menyebabkan luka yang mendalam dan terus berlangsung seumur hidup seseorang. Pengalaman negatif ini biasanya tidak hilang begitu saja. Namun, hal tersebut akan mempengaruhi cara seseorang berhubungan dengan dunia ketika menjadi dewasa.

Dikutip dari Geediting.com pada Jumat (12/9), luka masa lalu sering muncul dalam bentuk perilaku yang halus ketika seseorang sudah dewasa. Mengidentifikasi tanda-tanda ini bukan untuk menyalahkan, tetapi untuk meningkatkan pemahaman dan rasa empati. Mari kita pelajari delapan jenis perilaku yang dimaksud.

Read More

1. Terlalu Banyak dalam Hubungan

Orang-orang ini cenderung terlalu berlebihan dalam hubungan, memberikan perhatian dan kasih sayang yang berlebihan. Mereka juga bisa bersikap terlalu murah hati atau selalu mengalah kepada pasangan mereka. Hal ini merupakan cara mereka untuk menghindari agar orang lain tidak meninggalkan mereka.

Mereka terus-menerus mencari pengakuan dan kepastian dari pasangan atau teman. Ini merupakan cara yang mereka pelajari untuk mengisi kekosongan akibat trauma masa lalu.

2. Kesulitan dalam Membentuk Kepercayaan

Orang-orang ini sering merasa sangat sulit untuk percaya kepada orang lain. Mereka selalu waspada, takut akan disakiti atau ditinggalkan lagi. Trauma pengabaian saat kecil memicu rasa takut terhadap kelemahan.

Mereka selalu membangun dinding di sekitar jiwanya guna melindungi diri dari rasa kecewa. Hal ini bisa menjadi penghalang yang besar dalam menciptakan hubungan yang baik.

3. Sangat Takut Komitmen

Salah satu tanda yang jelas adalah rasa takut yang mendalam terhadap komitmen. Hal ini tidak hanya terjadi dalam hubungan romantis, tetapi juga dalam pertemanan dan karier. Mereka memandang komitmen sebagai suatu risiko yang besar.

Perasaan ini muncul dari rasa takut akan ditinggalkan atau ditolak kembali. Mereka cenderung menghindari komitmen sepenuhnya daripada menghadapi kemungkinan luka hati.

4. Hiper-independen

Menjadi mandiri merupakan cara bertahan hidup bagi individu yang mengalami penelantaran saat kecil. Ketika tumbuh dewasa, perilaku ini berubah menjadi sikap terlalu otonom yang sangat terlihat. Mereka enggan meminta bantuan dari orang lain.

Mereka bahkan bersedia berjuang keras demi membuktikan bahwa mereka mampu mengurus segalanya sendirian. Hal ini menjadikan mereka sebagai individu yang sangat mandiri, namun juga cenderung terpisah dari lingkungan sekitarnya.

5. Perasaan Tidak Berharga

Meskipun sering kali mencapai kesuksesan, individu-individu ini terkadang merasa tidak layak untuk merasakan kebahagiaan. Mereka menganggap diri mereka tidak cukup baik, dan mereka meragukan kemampuan mereka sendiri. Perasaan ini berasal dari luka yang mendalam di dalam hati.

Mereka merasa bahwa perlakuan yang dialami di masa lalu disebabkan oleh sesuatu yang tidak benar dari diri mereka sendiri. Perasaan ini sulit untuk ditinggalkan.

6. Terus Mencari Pengakuan

Laki-laki dan perempuan yang pernah mengalami pengabaian di masa lalu terus-menerus mencari validasi dari orang lain. Mereka mungkin menjadi individu yang sangat sukses di sekolah atau tempat kerja. Namun, hal tersebut hanya bertujuan untuk memperoleh persetujuan.

Mereka bersedia mengabaikan kebutuhan dan hasrat pribadi untuk membuat orang lain bahagia. Perilaku ini muncul dari rasa kosong yang diakibatkan oleh perlakuan yang tidak memadai saat masa kecil.

7. Sulit Mengekspresikan Emosi

Salah satu ciri yang sering terlihat adalah kesulitan dalam mengekspresikan perasaan. Mereka menyembunyikan emosi mereka, khawatir bahwa menunjukkan kelemahan bisa mengakibatkan penolakan. Hal ini membuat mereka tampak kaku dan sulit dijangkau.

Perasaan yang tersimpan mampu memicu ketidakstabilan emosional dan tekanan batin. Kendala ini bisa merusak hubungan yang sedang mereka jalani.

8. Memiliki Kekuatan Mental yang Besar

Di balik segala tantangan, terdapat satu sifat yang menjadi hadiah istimewa. Yakni ketangguhan diri. Mereka telah mempelajari cara beradaptasi, bertahan, serta menghadapi kesulitan.

Ketahanan ini merupakan ‘sisi baik’ dari pengalaman yang menyakitkan. Ini menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk bangkit kembali.

Perilaku-perilaku ini bukanlah kelemahan pribadi. Semua hal tersebut merupakan cara perlindungan yang terbentuk dari masa lalu yang menyakitkan. Mereka mengajarkan diri mereka sendiri untuk menjaga diri dari rasa sakit.

Mengerti hal ini dapat membantu kita bersikap lebih penuh kasih kepada mereka. Mengembangkan rasa empati merupakan langkah awal menuju hubungan yang lebih baik dan memperbaiki kondisi.

Related posts