6 Pola Makan Kuno yang Ternyata Sehat Menurut Sains

6 Pola Makan Kuno yang Ternyata Sehat Menurut Sains

Gaya Makan Kuno yang Masih Relevan dengan Ilmu Kesehatan Modern

Di era modern, kita sering terjebak dalam menghitung kalori, mencoba tren diet baru, hingga membeli suplemen mahal. Namun, sebelum istilah seperti “clean eating” atau “whole food” populer, leluhur kita sudah terbiasa menikmati makanan segar dari alam dengan cara sederhana namun sangat menyehatkan. Menariknya, penelitian masa kini membuktikan bahwa banyak kebiasaan kuno ini memiliki dasar ilmiah kuat. Banyak pola lama dinilai memberi manfaat bagi tubuh, mulai dari menjaga metabolisme hingga memperpanjang usia. Berikut adalah enam gaya makan warisan masa lampau yang kini diakui oleh sains modern.

1. Diet Tradisional Mediterania



Pola makan ini berasal dari kawasan pesisir Mediterania, dengan dominasi sayur-buah, biji-bijian utuh, kacang-kacangan, ikan, sedikit daging merah, dan minyak zaitun sebagai lemak utama. Meta-analisis dan penelitian jangka panjang menunjukkan bahwa diet Mediterania berkaitan dengan penurunan risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan kemunduran fungsi kognitif. Di masa kuno, ini bukan cuma soal makanan enak, tapi juga kehidupan sosial, berbagi meja, serta menghargai hasil alam yang turut menjadi bagian dari gaya hidup sehat.

2. Diet Tradisional Nordik



Di wilayah Skandinavia dan sekitar Laut Baltik, pola makan tradisional mencakup ikan berlemak (salmon, haring), biji-bijian utuh (gandum rye, oatmeal), buah beri liar, sayuran akar, serta lemak sehat seperti minyak biji rapa. Sejumlah studi menunjukkan bahwa diet Nordik dikaitkan dengan penurunan kematian akibat berbagai sebab, penurunan berat badan, kadar kolesterol LDL, dan perbaikan sensitivitas insulin. Selain itu, gaya makan kuno Nordik memiliki keunggulan: berbahan lokal, musiman, sederhana namun kaya nutrien.

3. Diet Tradisional Jepang (Washoku)



Pola makan Jepang tradisional, atau washoku, menekankan keseimbangan rasa, porsi, dan musim. Makanan utamanya terdiri dari ikan, sayur, rumput laut, tahu, sedikit daging merah, serta nasi sebagai sumber karbohidrat. Penelitian global menunjukkan bahwa skor diet tradisional Jepang yang lebih tinggi dikaitkan dengan angka obesitas lebih rendah, penyakit jantung iskemik yang lebih rendah, serta usia harapan hidup yang lebih panjang. Contohnya, praktik dalam “Hara hachi bun me” (makan sampai sekitar 80% kenyang) yang membantu menjaga berat badan dan kesehatan secara keseluruhan.

4. Diet Warisan Afrika (Heritage African Diet)



Sebuah penelitian baru-baru ini di kawasan Kilimanjaro, Tanzania menunjukkan bahwa pola makan warisan Afrika yang kaya sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, biji-bijian, hingga makanan fermentasi bisa menurunkan tanda-tanda inflamasi dalam tubuh dan memperbaiki profil metabolik hanya dalam dua minggu. Temuan ini mengingatkan bahwa pola kuno yang berbasis bahan segar dan nabati memiliki potensi besar bagi kesehatan modern.

5. Diet Pemburu-Peramu (Adaptasi Paleo)



Meski istilah Paleo diet kini lebih dikenal sebagai tren modern, konsep dasarnya berakar dari cara makan manusia purba—mengandalkan makanan alami yang bisa diperoleh langsung dari alam: daging liar, ikan, sayur, buah, kacang, dan biji. Studi menunjukkan bahwa walaupun tidak semua klaimnya terbukti, ada bukti bahwa diet semacam ini bisa menurunkan kadar gula darah dan beberapa faktor risiko kardiovaskular. Manusia purba memiliki keragaman diet yang besar, bukan satu pola tunggal.

6. Konsep Mitahara (Tradisi Kuno India)



Dalam tradisi kuno India, ada konsep Mitāhāra yang menekankan makanan bergizi, mudah dicerna, dan dikonsumsi dalam jumlah moderat sesuai kondisi tubuh, musim, serta kebiasaan individu. Prinsip ini selaras dengan riset terbaru yang menunjukkan bahwa moderasi makan sangat penting untuk kesehatan metabolik dan pencegahan penyakit kronis. Dalam konteks kita hari ini, bisa diterjemahkan sebagai: makan dengan sadar, pilih bahan yang dekat dengan alam, dan hindari makan berlebihan karena ketersediaan atau kebiasaan.

Dari berbagai pola makan kuno di atas, kita bisa belajar bahwa kesehatan bukan hanya ditentukan oleh jenis makanan, tetapi juga oleh cara kita menghargainya. Setiap budaya memiliki kebijaksanaan sendiri dalam menjaga keseimbangan antara tubuh, alam, dan kebiasaan hidup. Mungkin, untuk menemukan makna sejati dari hidup yang sehat, kita perlu kembali memahami jejak sederhana para leluhur yang pernah hidup selaras dengan alam.

Related posts