Teknologi Satelit Pemantul Cahaya yang Mengubah Dunia
Reflect Orbital, sebuah startup teknologi antariksa asal Amerika Serikat, kini sedang menjadi perhatian global setelah mengajukan izin kepada Federal Communications Commission (FCC) untuk meluncurkan satelit pemantul cahaya. Teknologi ini diklaim mampu menyediakan “sinar matahari sesuai permintaan” di Bumi, yang berpotensi menjadi solusi baru bagi kebutuhan energi, penerangan, dan sektor pertanian.
Dalam rencana perusahaan, satelit pertama mereka, Earendil-1, akan diluncurkan pada kuartal awal 2026. Satelit ini akan berfungsi sebagai reflektor di orbit rendah untuk memantulkan cahaya matahari ke wilayah tertentu di Bumi saat dibutuhkan. Tujuannya bisa mencakup penerangan malam hari, dukungan operasi darurat, hingga bantuan pembangkit tenaga surya.
Konsep “Sunlight on Demand”
Konsep yang dikenal sebagai “Sunlight on Demand” menjelaskan bahwa jaringan satelit reflektor akan bekerja seperti cermin raksasa yang mengarahkan sinar matahari ke lokasi tertentu. Sistem ini diharapkan dapat membantu wilayah terpencil dengan akses listrik terbatas serta mendukung sektor pertanian di area minim cahaya.
Dalam rencana jangka panjang, Reflect Orbital menargetkan peluncuran hingga 4.000 satelit reflektor untuk menciptakan sistem penerangan orbital skala besar. Selain itu, cahaya pantulan tersebut diklaim dapat memperpanjang periode kerja fasilitas energi surya yang biasanya berhenti beroperasi saat matahari terbenam.
Perusahaan juga menyebut telah menerima minat dari berbagai negara untuk uji coba teknologi ini.
Didukung Pendanaan Seri A
Pada Mei 2025, Reflect Orbital mengumumkan pendanaan Seri A senilai 20 juta dollar AS. Dana ini akan digunakan untuk pengembangan teknologi reflektor orbital, manufaktur satelit, serta persiapan uji peluncuran. Pendanaan ini menambah optimisme perusahaan bahwa teknologi orbital reflector bisa menjadi solusi global di masa depan, terutama dalam isu akses energi dan penerangan.
Menuai Kekhawatiran Global
Meski menawarkan inovasi futuristik, proyek Reflect Orbital juga menimbulkan sejumlah kekhawatiran dari komunitas astronomi dan pemerhati lingkungan. Beberapa isu yang disorot antara lain:
-
Polusi Cahaya
Ribuan satelit reflektor berpotensi mengganggu pengamatan astronomi dan meningkatkan pencahayaan malam hari yang dapat merusak ekosistem. -
Sampah Antariksa
Penambahan ribuan objek di orbit rendah meningkatkan risiko tabrakan satelit dan memperparah persoalan space junk. -
Efektivitas Cahaya
Para ahli mempertanyakan apakah cahaya pantulan satelit benar-benar mampu menghasilkan intensitas setara cahaya alami yang memadai untuk pertanian atau energi. -
Ketergantungan Cuaca
Pantulan cahaya tidak efektif di wilayah berkabut atau berawan, sehingga konsistensinya masih diragukan.
Dampak Global Termasuk untuk Indonesia
Jika berhasil, teknologi ini berpotensi membantu negara-negara berkembang yang masih memiliki banyak wilayah minim penerangan. Indonesia, dengan banyaknya daerah terpencil, bisa menjadi salah satu calon pengguna. Namun efektivitas terhadap iklim tropis yang sering berawan masih perlu diuji lebih jauh.
Menunggu Lampu Hijau Regulator
Izin FCC akan menjadi langkah krusial bagi perjalanan Reflect Orbital. Keberhasilan uji coba Earendil-1 akan menentukan apakah teknologi “matahari di malam hari” ini mampu diwujudkan atau hanya sekadar konsep futuristik yang sulit diterapkan.
Bahran Hariz adalah seorang penulis di Media Online IKABARI.






